Rabu, 05 Agustus 2015

BAHASA INDONESIA



Stuktur Dan Kaidah Teks Cerita Sejarah
Strukturnya: orientasi (pengenalan)
peristiwa (event)
reorientasi (pengulangan pengenalan)

Kaidah
a. Menggunakan bentuk lampau (peristiwa telah terjadi).
b. Menggunakan konjungsi untuk mengurutkan peristiwa atau kejadian, misalnya dan, tetapi, setelah     itu, dan kemudian.
c. Menggunakan keterangan dan frasa adverbial untuk mengungkapkan tempat, waktu, dan cara.             Misalnya kemarin, di rumah saya, dan pelan-pelan.
d. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan, misalnya pergi, tidur, lari, dan membeli.


Teks Cerita Sejarah - Pengertian - Struktur - Kaidah - dan mengabstraksi
Teks Cerita Sejarah adalah teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan tentang fakta/kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu yang memiliki nilai sejarah.
Didalam teks cerita seajarah, disampaikan pengisahan suatu deretan pristiwa yang disusun bedasarkan kronologi waktu. Teks Cerita sejarah berkaitan dengan teks narasi.
Teks cerita sejarah disampaikan bedasarkan pada pristiwa pritiwa yang terjadi di lapangan dan membentuk kisah sejarah teks tersebut.

Struktur :
  • Pendahuluan
  • Ramalan Pristiwa
  • Penutup
Kaidah :
  • Menggunakan bentuk lampau (Pristiwa telah terjadi)
    • Misalnya : Pada tahun 1945
  • Menggunakan kunjungsi  untuk mengurutkan pristiwa/kejadian.
    • Misalnya : dan, tetapi, setelah itu, kemudian.
  • Menggunakan keterangan dan frasa adverbial untuk mengungkapkan waktu dan cara.
    • Misalnya : Kemarin.
  •  Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan.
    • Misalnya : Pergi, tidur.

TEKS CERITA SEJARAH

    Berikut ini akan dipaparkan beberapa hal yang dipelajari dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia terkait Teks Cerita Sejarah, di antaranya sebagai berikut.
  • Teks cerita sejarah adalah teks yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan.
  • Struktur teks cerita sejarah terdiri dari judul, pendahuluan, dan pemaparan.
  • Judul merupakan kata kunci yang mewakili keseluruhan teks cerita sejarah.
  • Pendahuluan merupakan bagian awal yang menjadi pembuka pembahasan sebelum menuju pembahasan inti.
  • Rekaman peristiwa merupakan isi pokok teks sejarah yang dapat memberitahukan secara lebih rinci tentang keseluruhan peristiwa atau informasi sejarah  yang dipaparkan secara kronologis .
  • Penutup, berisi cerita akhir dari paparan peristiwa yang disampaikan sebelumnya.
  • Kaidah kebahasaan yang sering muncul dalam teks sejarah di antaranya penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan peristiwa seperti kemudian, lalu dan selanjutnya, dan fungsi keterangan yang menyatakan waktu, tempat dan cara.
  • Teks sejarah termasuk ke dalam cerita ulang faktual karena yang menjadi dasar penceritaannya berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, sejenis dengan teks biografi yang masih berupa cerita ulang, namun teks ini membahas sejarah tentang kehidupan seseorang.
  • Teks cerita sejarah adalah teks yang di dalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang fakta kejadian masa lalu yang menjadi asal-muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu yang memiliki nilai kesejarahan.
  • Menulis teks cerita sejarah harus melalui tahapan berikut; menentukan topic sejarah, merumuskan kerangka, mencari data penunjang, merangkainya menjadi teks utuh.
  • Ringkasan adalah penyajian karangan yang panjang dalam bentuk singkat dan efektif.
  • Mengonversi teks adalah merubah teks menjadi bentuk lain.
  • Teks sejarah salah satunya bisa diubah kedalam bentuk bagan sehingga mempermudah pembacaan dan mencerna isi sejarah tersebut.
  • Bagan adalah alat visual yang dapat dilihat yang membantu pembaca untuk memahami  secara cepat informasi yang disajikan. Bagan berfungsi sebagai petunjuk suatu hubungan antara beberapa bagian dan biasanya tanpa disertai angka-angka.
  • Membuat bagan dimulai dengan menentukan epristiwa-peristiwa penting, kemudian urutkan berdasarkan kronologinya, singkatlah dengan bahasa sendiri tetapi tidak menghilangkan maknanya.





KESIMPULAN

Strukturnya:
·         Pengenalan
·         Peristiwa
·         Pengulangan pengenalan

Kaidah
a. Menggunakan bentuk lampau
b. Menggunakan konjungsi untuk mengurutkan peristiwa atau kejadian, misalnya dan, tetapi, setelah  itu, dan kemudian.
c. Menggunakan keterangan dan frasa adverbial untuk mengungkapkan tempat, waktu, dan cara.Misalnya kemarin, di rumah saya, dan pelan-pelan.
d. Menggunakan kata kerja yang menyatakan tindakan, misalnya pergi, tidur, lari, dan membeli.

CONTOH TEKS SEJARAH

 

CERITA SEJARAH KERAJAAN SUNDA

Kerajaan Sunda terletak di daerah Jawa Barat sekarang. Tak dapat dipastikan dimana pusat kerajaan ini sesungguhnya. Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati penguasa kerajaan Sunda. Di daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di sungai itu. tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk oleh dewa-dewa.
Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan.
Kerajaan Sunda menguasai daerah Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya Bhupati dan Sri Baduga Maharaja.
Jayabhupati
Sebenarnya nama Sunda pernah disebut didalam prasasti yang temukan di desa Kebon Kopi Bogor. Prasasti itu berangka tahun 854. Prasasti itu ditulis dengan bahasa Melayu Kuno, isinya tentang seorang Rakrayan Juru Pengambat yang memulihkan raja Sunda. Sumber kesusastraan yang sampai kepada kita adalah Carita Parahyangan (dari akhir abad ke-16) kitab lain yang juga menyebut kerajaan Sunda adalah Kitab “Siksa Kandang Karesia” (1518), berita Cina dari masa Dinasti Ming menyebut adanya kerajaan Sunda.
Didalam kita Carita Parahyangan disebutkan bahwa kerajaan itu memerintah seorang raja bernama Sanjaya. Tokoh itu dikenal juga dalam prasasti Canggal dari Jawa Tengah. Dalam kitab Carita Parahyangan disebutkan bahwa Raja Sanjaya menggantikan raja Sena yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Kekuasaan raja Sena kemudian direbut oleh Rahyang Purbasora, Saudara seibu raja Sena. Sena sendiri menyingkir ke gunung Merapi bersama keluarganya. Setelah dewasa, Sanjaya berkuasa di Jawa Tengah. Ia berhasil merebut kembali kerajaan Galuh dari tangan Purbasora. Kerajaan kemudian berganti nama menjadi kerajaan Sunda.
Setelah masa pemerintahan JayaBhupati, pada tahun 1350 yang menjadi raja di kerajaan Sunda adalah Prabu Maharaja. Ia mempunyai seorang putri bernama Dyah Pitaloka.
Prabu Maharaja berperang melawan tentara Majapahit yang dipimpin Gajah Mada di daerah Bubat pada tahun 1354. dalam pertempuran itu raja Sunda bersama-sama para pengiringnya terbunuh. Kematian Raja Sunda dan pengiringnya membuat raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk, marah besar kepada Gajah Mada, lalu Gajah Mada dipecat dari jabatannya.
Sri Baduga Majaraja
Ia adalah putra dari Ningrat Kancana. Sri Baduga merupakan raja yang besar. Ia membuat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Rena Mahawijaya. Ia memerintahkan membangun parit di sekeliling ibukota kerajaannya yang bernama Pakwan Pajajaran. Raja Sri Baduga memerintah berdasarkan kitab hukum yang berlaku saat itu sehingga kerajaan menjadi aman dan tenteram. Keterangan tentang Raja Sri Baduga dapat kita jumpai dalam prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar